13 Februari 2013 ya hari Rabu, gw udah mengagendakan destinasi hari ini adalah museum Art Mondeor dan museum Bank Indonesia. Sesuai agenda keberangkatan jam 8 am, yang gw ajak gabung di perjalanan kali yaitu Reza (rambut panjang, punya gigi special). Matahari masih ngintip dari Timur, gw konfirmasi lagi ke Reza, ternyata dia bisanya jam 9.30 am. “waduh alamat ga cukup nih 2 destinasi” prasangka gw. Karakter yang terbentuk oleh lingkungan akan menjadi karakter diri, ya gw mengiyakan karena daripada ga ada temennya.
Akhirnya jam 10.30 kita berangkat dari rumah (ngaret sejam). Gw rasa udah 1 semester ga naek angkot, bahkan lebih, terutama ya di Bekasi ini. Gw coba buka-buka memori waktu gw SMP dan SMA yang ada kaitannya sama angkot, bah ternyata firasat gw bener “kok sepi metro mini 43?”. Metro mini nomer 43 menjadi primadona ketika gw SMP, ga dikalangan anak SMP gw doing, anak STM-STM yg dulu suka nongkrong di depan agen beras juga. Metro ini favorit juga di kalangan karyawan. Yah seleksi alam telah dihadapi metromini ini, mereka telah punah. Sedikit sedih gw waktu mendengar kabar kalo angkutan mini bus primadona udah berhenti. It’s ok.
Persiapan jauh-jauh hari, dengan kumpulan data dan peta tentang destinasi kali ini. Selalu gw cek rute jalan yang akan kita lewatin. TransJakarta menjadi transportasi umum yang direncanakan dan kita gunakan, dengan harga tiket Rp3.500 per orang bisa keliling Jakarta (asalkan ga kluar halte), disuguhkan dengan pemandangan kesibukan orang, dilayani dengan fasilitas yang tingkat perawatannya kalah cepat sama tingkat pengguna jasa ini (bisa dibayangkan dan dicoba ke tkp).
Alhamdulillah, sampe juga di Kota Tua. Sayang destinasi ke museum Art Mondecor belum kesampean, karena alokasi waktu kurang cukup “laen kali aja gw kesana” rencana gw. Ehh, ada yang kelaperan, bukan Reza bukan gw tapi temennya Reza. Si Reza ngjajak temen kampusnya yang asalnya dari Brebes ya perjalanan sejak dari rumah gw kita ber-3. Jadilah Para Pencari Makan (P.PM) karena kita hunting jam 1 pm.
Sekitar jam 1.30 tibalah didepan pintu masuk Museum Bank Indonesia yang kebuka otomatis. Melewati scan body dan steel detector, tas juga di scan. Trengtengteng, mata langsung diserang ama gaya ruangan yang khas Belanda khusus untuk aktivitas perbankan. Inilah kantor pertama Bank Indonesia, dulunya bernama De Javasche Bank “kalo ga salah gitu namanya” pembenaran gw.  Banyak barang-barang sejarah, patung-patung yang menceritakan aktivitas dalam bank, jelas banget deh gw disuguhkan dengan sejarah berdirinya BI. “ada yang kurang nih…” ternyata benar, model uang dan lainnya kok ga ada ya.
Udah jamnya museum tutup (3 pm), eh kita baru ketemu ruangan-ruangan yang dimaksud. Karena mau tutup, jadilah langkah kita kaya di kejar fans yang minta ttd. Tapi gw sih ga masalah, karena Sabtu gw balik lagi kesini dengan pasukan lebih banyak.
Stasiun kota jadi tempat nunggu kereta buat pulang ke Bekasi, harga tiketnya Rp 8.500 per orang. Jam 3.20 pm kita udah duduk di kereta comuter line Bekasi. Kereta berangkat setelah sekian menit kita duduk. Sambil liat-liat penumpang, fasilitas kereta gw selalu berpikir bahwa perjalanan ini keren banget. Mulai berangkat dari rumah dengan angkot kecil terus busway, memperhatikan tingkah pengguna jasa angkutan umum, juga social yang terbentuk di setiap daerah (berbeda-beda loh kalo jeli), lingkungan yang paling jadi sorotan gw sih (karena gw Environmental Engineering) yaitu habbit buang sampah pada tempatnya masih kurang, terus merokok, drainase yang kecil dan mampet karena sampag, lahan terbuka hijau, lubang serapan, wah banyak dah. Gw jadi terbuka pikirannya. Pulang dengan angkutan yang beroda besi dan mengangkut banyak orang, memperhatikan interaksi manusia di dalamnya “bah, bersyukur banget deh gw bisa nikmatin ini. Allah memang selalu punya banyak cara untuk memperingatkan hamba-Nya”. Alhamdulillah hari ini satu agenda terlaksana, Engkau selalu dalam pikiran-ku, sesungguhnya aku ingin menjadi hamba yang bersyukur.
(Ketemu mie ayam di sebelah gedung museum, harga fantastis Rp 8.000 just noodle and chiken)





(Lima periode inilah sejarah berdirinya Bank Indonesia, merupakan isi dari ruangan pertama museum)

(Telepon di Bank Indonesia saat krismon tak pernah berhenti berdering)

Categories:

Leave a Reply